Logo
Other Information Banner Header
Tiket Online

Motivasi

RENUNGAN TAHU, BAKSO, & LEHMAN BROTHERS

RENUNGAN TAHU, BAKSO, & LEHMAN BROTHERS

by LEHMAN BROTHERS
Berapa harga tahu sumedangnya mas ? tanya saya pada si pedagang gorengan. Ohhh 1 seribu mas. Ok beli 20 ya, ujar saya.

Saya masih ingat masa masa saya SD, ada tukang gorengan keliling yang menjual tahu isi yang lebih besar dari tahu sumedang ini. Harganya Rp.25. dan pada masa itu, uang jajan saya adalah Rp.200. per hari. Yang mana cukup kecil bagi saya.

Tapi jika diingat lagi sekarang, 100 rupiah jaman dahulu lebih mahal dari 1000 rupiah hari ini, lebih mahal pula dari 2000 rupiah hari ini. 100 rupiah jaman itu sama dengan 8000 rupiah hari ini. sungguh dunia sudah berubah.
Uang tergerus inflasi, ini adalah hukum alam yang sudah sulit dibantah. Laksana hukum gravitasi. Menolaknya hanya akan mendatangkan kehancuran bagi diri kita sendiri.

Bicara tentang inflasi, Saya jadi ingat beberapa waktu lalu seorang kawan membuat rencana bisnis sederhana segera setelah dia mengikuti seminar provokator bisnis. Dia berencana keluar kerja dan menyongsong financial freedom melalui bisnis kuliner barunya ini. saya katakan sederhana karena memang menurut saya rencana bisnis ini terlalu sederhana untuk dikatakan sebuah rencana. Bayangkan : satu lembar saja ! saya ingat pernah mengatakan : bagaimana kalau harga bahan baku naik ? bagaimana kalau tahun depan biaya tenaga kerja naik ? bagaimana kalau ini kalau itu ? dia menjadi pusing sendiri, karena jika memasukan variabel yang saya pertanyakan, bisnis impiannya itu menjadi bisnis yang pasti rugi. Puncaknya adalah emosi, dengan menghardik saya terlalu banyak mikir. Konon bisnis itu katanya jangan banyak dipikir tapi harus segera dijalani. Orang banyak mikir ga akan maju kemana mana (benar juga sih). Kamu sebaiknya percaya pada Tuhan dan banyak sedekah itu aja (oh my God).

Tak berapa lama dia sungguh sungguh memulai bisnisnya itu. Saya diundang ke pembukaannya (mungkin untuk menunjukan ke saya betapa saya adalah seorang pengecut), sayang saat itu saya berhalangan. 3 minggu kemudian barulah saya menyempatkan diri memenuhi undangan kawan saya itu. Setelah mencari cari dengan susah payah, akhirnya saya mencoba bertanya pada orang sekitar. Jawabnya adalah : “Ohhh sudah tutup mas”. WOW lebih cepat dari yang saya perhitungkan. Saya pikir setidaknya dia akan bertahan minimal setahun. Setelah tanya punya tanya, rupanya dia memang tidak memperhitungkan kenaikan harga bahan baku. Tak lama setelah dia mulai, harga daging, cabai, dan bahan baku dasar lainnya meningkat drastis. Ditambah lagi kenaikan gaji UMR yang cukup signifikan tahun lalu membuat bisnis kawan saya yang tidak memiliki dana cadangan untuk tutup seketika. (bagaimana mau ada dana cadangan ? wong seluruh tabungannya pas buat sewa tempat, bahan baku, peralatan, dan keperluan operasional hanya sehari. Bisnis ini akan hanya bertahan kalau baksonya laku keras sejak hari pertama).
WOW, bagaimana mungkin kawan saya bisa begitu ceroboh dan bernafsunya ? dan sepertinya pengalaman pahit ini bukan hanya milik kawan saya. Banyak entrepreneur baru mengalami hal yang sama persis. Sayangnya orang gagal tidak menulis buku. Hingga hanya kisah sukseslah yang kita dengar. Padahal fakta mengatakan bahwa hanya 20% dari bisnis pemula yang mampu melewati tahun pertama, dan dari sisanya itu hanya 20% yang selamat sampai tahun kelima. Dalam skala yang lebih besar, tentu kita sering dengar kebodohan yang dilakukan orang pintar yang mampu mengendalikan uang besar, seperti bangkrutnya Lehman brothers dan lain lain.
Pertanyaannya, kenapa mereka begitu bodoh ? well, melihat gelar dan pencapaian mereka, mereka bukanlah orang bodoh. Hanya saja mereka mengambil keputusan bodoh. Atau lebih tepatnya, mereka bukan orang bodoh, tapi mereka juga bukan orang bijak. Mudah untuk menghakimi mereka saat kita ada diluar. Tapi saat kita yang mengalaminya, kadang kita merasa seperti ada semacam kabut yang menutupi akal sehat kita, kekuatan gelap yang seolah menuntun kita sampai semuanya terlambat. Kenapa demikian ?

Menurut Dragon Slayer Strategy, sesungguhnya semua keputusan kita dikendalikan oleh sesuatu yang tidak terlihat. Mereka yang menguasai hal yang tidak terlihat itu akan mampu mengendalikan nasib orang lain dan mencapai kesuksesan tertinggi. Dengan memahami dan menguasai cara kerja hal tidak kelihatan itu kita mampu menjatuhkan perusahaan raksasa, dengan memahami dan menguasai hal tidak kelihatan itu, kita akan mampu memastikan bahwa diri kita tidak bisa disentuh oleh para raksasa yang jauh lebih kuat dari kita.