Logo
Other Information Banner Header
Tiket Online

Kewirausahaan

Ciptakan Casual Asri Welas

Ciptakan Casual Asri Welas

by Asri Welas
Namanya mulai terkenal sejak berperan sebagai Welas dalam serial komedi situasi di salah satu televisi swasta berjudul "Suami-suami Takut Istri". Bernama lengkap Asri Pramawati yang lahir pada 7 Maret 1979 dari pasangan almarhum Bapak Drs. R. Djauhari Effendi dan Ibu Nurhayati, BSc ini bisa dikatakan memiliki karir yang baik di dunia hiburan, terbukti beberapa sinetron telah ia bintangi sebut saja “Tukang Bubur Naik Haji” dan “Anak-Anak Manusia”. Selain itu Asri juga aktif menjadi penyiar di salah satu radio swasta.

Dari kecil Asri sudah tertarik dengan dunia seni, saat berusia 2 tahun dia sudah bisa menarikan berbagai macam tarian. Bakat tari ini lalu ia asah di sanggar tari Ibu Kasur, hingga pada usia 11 tahun dia bergabung dengan Guruh Soekarno Poetra setelah melalui audisi yang ketat. Tidak puas di dunia tari, modeling pun ia jajaki di dunia ini bisa dibilang dia berhasil beberapa show di beberapa kota di dunia telah ia satroni sebut Marseille, Monaco, Paris, Nice, Canberra, dan Melbourne. Belakangan wanita yang saat kecilnya ini sering disebut sebagai ‘anak perempuan kesayangan yang cantiknya sedang-sedang saja tapi tetap ayu’ oleh kedua orang tuanya ini mulai merambah ke dunia bisnis dengan mendirikan House Of Asri Welas. Bagaimana kisah bisnis butiknya ini, berikut kami sajikan hasil wawancaranya dengan tim Majalah Excellent berikut ini.

Bagaimana awalnya Mbak bisa terjun ke dunia entertainment?

Awalnya saya ikut-ikut casting, semua casting waktu itu sebelum saya ikut di “Suami-Suami Takut Istri”(SSTI) sebenarnya saya sudah ikut casting di film “Semua Suka Roma” di SCTV bareng sama alm. Pak H. Jojon yang sudah saya anggap seperti papa saya sendiri. Kemudian saya dapat peran di film SSTI berkat casting-casting yang tadinya saya males ngejalanin. Akhirnya ada teman saya dia orang Jawa, dia bilang, “Sri lo kayaknya cocok dah jadi Welas gue liat lo cocok, lo bisa dateng gak ke Multi (Multivision Plus).”

Saya males banget karena saya sudah bekerjasama dengan teman saya untuk buka usaha kebaya. Jadi saya sudah buka jahitan duluan, tapi teman saya tetap menawarkan untuk casting. Akhirnya saya mencoba dulu sementara suami saya ngajak ke Melbourne, akhirnya ya sudah sejalannya waktu akhirnya suamiku tidak jadi ngajak ke sana (ke Melbourne) soalnya film SSTI episode nya panjang akhirnya suami saya pindah kerja ke Jakarta mengalah.

Apa yang membuat Mbak tertarik untuk terjun ke dunia bisnis?

Seperti yang kita tahu ya dunia entertainment ini selalu up down, jangan sampai sih saya seperti roda kadang di atas kadang di bawah. Mudah-mudahan saya terus ada di setangnya. Tapi dalam kenyataannya kan banyak ya yang menjadi seperti roda lalu banyak juga ketika sudah tua untuk berobat saja tidak bisa. Sehingga saya merasa sekarang itu tidak cukup hanya punya IQ dan punya skill saja walaupun dulu saya kuliah di FISIP UI terus psikologi UI tapi setiap saya libur saya ngambil kursus jahit yang cuma satu bulan saya ikuti. Waktu saya menari saya juga selalu mengikuti perkembangan yang ada di dunia tari. Karena sekarang ini butuh banyak sekali kebisaan. Alasan saya terjun ke dunia bisnis karena saya tahu dunia entertainment seperti ini, saya juga sebenarnya ingin lama ada di entertainment tapi semua kan tergantung bersinarnya bintang kita di dunia hiburan. Makanya kita mesti punya 2, 3 atau 4 pipa jadi kalau satu pipa tertutup kan masih ada pipa yang lain itu yang mesti kita tahu dan akhirnya terjun untuk berbisnis.

Konsep apa yang diterapkan di butik ini?

Kita lebih fokus ke pre-order kebaya pesanan untuk pengantinnya, untuk acara pernikahan, untuk seragamnya, untuk panitianya, untuk wisuda, untuk sunatan dan macam-macam tapi kedepannya saya ingin on line shop dan juga saya ingin punya banyak toko di beberapa department store bahkan bisa go international dimana juga kebaya saya sudah pernah dipakai di Jepang sama pianis-pianis Jepang, kalau outlet saya baru punya 2 outlet di Kelapa Dua Depok dan Cibubur kalau sanggar sudah ingin 3 kalau sanggar ada di Kelapa Dua Depok, Raffles (Cibubur) dan Cimanggis. Saya yang langsung in charge untuk mengajar murid-murid. Di butik ini saya yang mengerjakan dan mengawasi langsung dari mulai design, fitting, hingga finishing jadi tidak pakai asisten, makanya saya mau bikin online shop dari ukuran S,M,L biar semua bisa memakai kebaya Asri semua bisa memakai casual Asri Welas. Karena sekarang permintaan dari daerah-daerah juga banyak dan itu menjadi peluang bisnis yang bagus.

Berapa kisaran range harga kebaya yang di jual di butik Mbak serta berapa omset yang di dapat -/ bulan?

Kalau harga tergantung request, customer mau yang harga berapa saja kita buatkan jadi harga tergantung dari customer dan tergantung dari tingkat kesulitan model pesanannya. Kalau omset tidak tentu ketika saya ada waktu saya bisa mengerjakan jadi yang penting sih sekarang ini sebenarnya hobi yang menjadi penghasilan. Jadi saya pikir biar berjalan saja tidak mesti di targetin, karena saya masih banyak kegiatan masih ada shooting, masih ada hosting jadi masih banyak yang musti saya jalani. Jadi saya pikir tidak penting keuntungannya yang penting jalan dulu.

Menurut Mbak bagaimana untuk bisa menjadi seorang wanita entrepreneur yang berhasil?

Tadinya saya tidak berani terjun di bisnis ini lebih dalam. Tapi ternyata setelah jalan 2 tahun dan saya ikut acara “Indonesia Fashion Week” membuat saya jadi makin senang dengan dunia ini dan lebih mengasyikkan jadi tidak seseram apa yang saya pikirkan. Jadi dulu saya sempat ingin menutup outlet saya, lalu saya ketemu dan cerita dengan Om Bob Sadino lalu Om Bob bilang, “Jangan Sri bisnis itu jangan dipikirkan tapi di lakukan.” jadi saya ketika pulang umroh 2 tahun yang lalu, saya bertekad saya bisa usaha menggunakan nama sendiri. jauh lebih bagus ketika memakai nama saya sendiri karena sebelumnya saya menggunakan brand orang lain.

Pengalaman pahit apa yang pernah Mbak temui dalam bisnis ini?

Pernah dulu ada customer yang tidak mau bayar, banyak alasan, komplain terus. Ya sudah saya tanya harga bahannya berapa? Maksud saya mau saya gantiin, tapi bahannya saya ambil lagi. Eh pas saya sudah ganti duitnya tapi bahannya tidak jadi dikembalikan, bahkan saya pernah pergoki orang itu memakai bahan yang saya sudah ganti tadi, ya sudah tidak apa-apa. Saya pikir begini, saya mengerjakan bisnis ini dengan sepenuh hati jadi dari situ saya jadikan pengalaman kalau orang yang order tidak serius tidak saya ambil.

Bagaimana pendapat Mbak mengenai AEC 2015 nanti?

Itu dia, itu yang menjadi kendala makannya saya memberikan anak saya pemikiran yang positif agar dia punya banyak kebisaan. Misalnya banyak menguasai bahasa karena pasar global ini gila banget kita mesti bersaing dengan semuanya. Tapi sangat disayangkan saat kemarin kita di “Indonesia Fashion Week” kita menjunjung tinggi apa yang sudah kita buat. Seperti misalnya songket dan batik khas Indonesia kita kenakan dan kita perkenalkan untuk Indonesia. Supaya kita bisa menjadi tuan rumah di Negara kita sendiri, karena asal mas tahu batik yang ada di kita itu belum tentu batik yang dari Jogja atau Solo tapi itu produksi Cina, mereka ngambil batik yang kita punya di print-lah sama dia, lalu sisinya ditambahkan warna dan dijual kembali ke Indonesia, harusnya buyer Indonesia lebih pintar dan untuk para pengrajin Indonesia harus bisa mulai dari sekarang gencar memperkenalkan tradisi dan barang-barang buatan Indonesia supaya kita bisa bersaing dengan Negara-Negara lain di pasar global nanti.

Apa pesan-pesan Mbak sebagai orang tua dalam mendidik anak, dalam persiapan menghadapi AEC?

Mulai dari sekarang mari kita mendidik anak-anak agar punya IQ dan skill. Karena skill itu sangat diperlukan untuk mencari pipa yang tadi saya bilang dan skill itu mesti dilatih dari kecil makanya saya melatih anak juga begitu dia bisanya apa? Semua saya fasilitasi karena saya dulu waktu kecil difasilitasi semua sama Ibu saya. Saya mau menari Ibu saya mendukung akhirnya saya menguasai banyak tarian dan sekarang saya bisa buka sanggar sendiri. Anak saya suka menggambar saya biarin dia menggambar siapa tahu kemudian hari anak saya jadi guru gambar. Anak saya suka komputer, saya biarin siapa tahu nantinya dia bisa buka kursus komputer. Yang penting sekarang belajar menjadi nomor satu, buat apa? Karena supaya kita tahu. Memang ada salah satu teman baik saya buka rumah makan cuma lulusan SD tapi dia bisa sukses, itu karena kerja kerasnya tapi alangkah baiknya kalau kita pintar. Bukan berarti lulusan SD tidak pintar tapi alangkah baiknya ketika sukses kita juga pintar punya IQ dan skill dan juga harus bertakwa.