Logo
Other Information Banner Header
Tiket Online

Sales

Skenario

Skenario

by
Hidup dan dinamika yang ada di dalamnya, semua adalah hasil kreasi dan perbuatan manusia, demikian pula tentang cerita kehidupan seorang anak manusia. Skenario kehidupan seorang anak manusia berada ditangan dan pikirannya sendiri, dan apapun keadaan serta kondisi kehidupannya sekarang adalah merupakan akumulasi pikiran dan tindakan yang selama ini dikerjakannya. Kekeliruan dan kesalahan ataupun keberhasilan dan kekayaan yang ada, tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain, itu semua merupakan tanggung jawab masing-masing pribadi.

Uang Pensiun

Kompas 3 Maret 2009, Redaksi Yth. halaman 7, terdapat surat pembaca (WW, Jalan Catalina, Margahayu, Bandung) yang saya kutip secara tidak utuh di sini sebagai berikut:

“Saya purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir Kolonel (perwira menengah), pensiun pada tahun 1998 berdasarkan Skep Kasau Nomor sekian-sekian, mempunyai masa dinas keprajuritan (MDK) 30 tahun dan masa kerja gaji (MKG) 28 tahun, dengan gaji pokok terakhir (GPT) Rp.521.900 (PG ABRI tahun 1997).

Rekan saya sesama purnawirawan TNI dengan pangkat yang sama, pensiun pada tahun 1997, MDK dan MKG yang sama pula, yaitu 30 tahun dan 28 tahun, tetapi GPT-nya lebih kecil, yaitu Rp.463.000 (PG ABRI tahun 1993), dan diberikan pensiun setiap bulan sebesar Rp.350.100 (berdasarkan PP Nomor 22 tahun 1994). Ternyata besaran uang pensiun yang saya terima setiap bulan lebih kecil dari yang diterima oleh rekan saya tersebut. Hal ini sungguh tidak masuk akal.”

Demikian bunyi surat seorang pensiunan yang menyampaikan suara hatinya terkait dengan uang pensiun.

Bapak WW sebagai abdi negara dan telah berbakti kepada bangsa, memiliki hak atas uang pensiun yang diberikan negara kepadanya. Bagaimana halnya dengan Anda yang bekerja dan berbakti pada perusahaan swasta? Siapa yang akan memberikan uang pensiun dan menjamin masa depan Anda? Apakah perusahaan Anda saat ini memberikan sokongan atas masa depan Anda? Apakah Anda berpikir bahwa anak Anda yang akan membayar dan membiayai seluruh tagihan dan ongkos kehidupan Anda, sampai Anda mati dan menghadap Sang Kuasa?

Seandainya Anda juga merupakan pensiunan pegawai negri sipil (PNS), dan menerima uang pensiun dari negara, apakah uang pensiun tersebut cukup untuk membayar seluruh biaya dan tagihan kehidupan Anda? Bila tidak cukup dan setiap bulannya membuat kepala Anda jadi pening, lantas darimana Anda mencari selisihnya, agar Anda dapat menjalani dan menikmati perjalanan kehidupan Anda dengan lebih berkualitas dan membahagiakan? Atau sekarang Anda harus mampu hidup dan menyesuaikan (memaksakan) kebutuhan diri berdasarkan dengan uang pensiun yang sebesar itu, sehingga akhirnya kualitas kehidupan Anda saat ini sangat jauh berbeda dengan kualitas kehidupan saat Anda masih aktif dan berjaya?

Dahulu Anda mampu hampir setiap bulan bahkan setiap minggu nongkrong di café Starbuck, namun sekarang buat makan nasi dan ikan asin saja sangat ngepas.

Saya pikir bukan itu tujuan Anda bekerja “banting tulang” selama 30 tahun, dari usia 25 tahun sampai 55 tahun, dan kemudian hanya menjalani kehidupan yang miskin, menyedihkan dan sengsara selama 25 tahun berikutnya (bila Anda hidup sampai 80 tahun), sebelum kematian menjemput diri Anda. Andapun tidak rela dan berkehendak untuk berkarat, melarat dan sekarat, dalam tahapan kehidupan Anda berikutnya, yang sebenarnya merupakan tahapan kehidupan yang terindah dan membahagiakan.

Masa pensiun pasti akan tiba, dan bila saat ini Anda bekerja pada lembaga atau perusahaan milik orang lain, maka Anda pada akhirnya harus keluar dan beranjak dari sana, apapun posisi Anda yang terakhir. Anda harus menyadari dan memahami, konsep regenerasi dan oper alih “tongkat estafet”. Anda yang tua bangka harus segera digantikan dengan angkatan muda yang lebih enerjik, bergairah, pintar dan mudah diatur. Anda tidak boleh sakit hati, apalagi sampai sakit jantung, memikirkan perubahan dan peristiwa alami ini, pensiun dan keluar dari “arena” berkarya dan lingkungan yang telah Anda diami dan akrabi selama puluhan tahun.