Logo
Other Information Banner Header
Tiket Online

Sales

Prinsip Social Proof (1) by Awie Suwandi

Prinsip Social Proof (1) by Awie Suwandi

by Awie Suwandi
Sahabat Excellent, di artikel sebelumnya kita sudah membahas beberapa hukum persuasi, dalam artikel kali ini saya akan bahas hukum persuasi yang berikutnya, yaitu Hukum Social Proof.


Hukum social proof ini menjelaskan kecenderungan manusia untuk mengikuti perilaku orang orang di sekeliling mereka karena mereka berpikir kalau orang yang sudah melakukannya, maka itu adalah benar. Oleh karena benar maka mereka harus ikut melakukannya juga.
Perilaku ini bisa kita amati pada orang yang berdiri di antrian. Kita bisa melihat di satu sisi barisan antriannya panjang sedangkan di barisan lainnya koson. Hal ini disebabkan adanya rasa enggan dan tidak mau mengambil risiko salah seandainya mereka mengantri di barisan kosong yang bisa saja memang sedang ditutup.
Efek ini juga menentukan perilaku, selera dan kebiasaan masyarakat dalam menjalani lifestyle mulai dari cara berpakaian, cara berdandan, cara berbicara, bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari hari, tempat berlibur dan lain-lain.
Efek ini sering kita perhatikan dipakai juga dalam iklan-iklan yang menggunakan seorang selebriti atau ibu rumah tangga idaman sebagai contoh. Pesan yang ingin disampaikan melalui iklan adalah jika pemeran iklan tersebut memakai sebuah produk tertentu, maka penonton juga harus memakainya.
Kenapa kita terprogram untuk mengikuti perilaku orang di sekitar kita?
Dari hasil riset ahli Neuro Science menemukan bahwa di otak manusia terdapat serangkaian sel-sel otak khusus yang mereka sebut dengan Mirror Neuron (Neuron Cermin).
Dampak dari Mirror Neuron tersebut adalah mengarahkan seseorang untuk meniru dan mengikuti suatu tindakan atau gerakan yang dilakukan oleh orang lain.
Dalam uji coba di laboratorium, para ilmuwan ini membuat suatu alat yang dapat digunakan untuk memperbesar efek Neuron Cermin. Alat ini kemudian dipakaikan kepada responden manusia. Setelah alat tersebut dipasangkan ke area di mana Neuron Cermin berada, responden diminta menonton televisi yang menggambarkan sebuah tangan yang sedang diam dan didepannya ada sebuah objek. Ketika tangan yang ada di televisi bergerak untuk mengambil objek tersebut, jari-jari tangan si responden ikut bergerak dan ketika gambar tersebut diulang, lagi-lagi jari-jari si responden ikut bergerak.
Eksperimen dengan hukum social proof
Pada tahun 2008 Robert Cialdini melakukan eksperimen untuk menunjukkan efek dari social proof pada tamu hotel di Amerika.
Robert Cialdini dan tim menuliskan pesan di kartu supaya tamu hotel menggunakan kembali handuk yang sudah mereka pakai dengan 3 cara yang berbeda. Kemudian, masing-masing kartu diletakkan dalam kamar beberapa hotel yang berbeda dan memantau hasilnya.

Di grup pertama Robert Cialdini menuliskan pesan di kartu “Mohon bantu kami untuk menghemat energi dengan menggunakan kembali handuk yang sudah Anda gunakan”. Hasilnya, 16% dari tamu hotel menggunakan kembali handuk mereka.
Kartu di grup kedua dituliskan pesan “75% dari tamu hotel ini menggunakan kembali handuk mereka”. Dan mendapat hasil 44 %.
Yang menarik adalah cara ketiga, dengan hanya menuliskan pesan di kartu “75% dari tamu kamar ini menggunakan kembali handuk mereka”. Hasilnya 49% dari tamu menggunakan kembali handuk mereka.
Efek dari social proof juga sering digunakan dalam pertunjukkan dengan memutar rekaman orang yang tertawa untuk memastikan penonton ikut tertawa.
Masih banyak contoh lagi yang bisa kita perhatikan sebagai efek dari social proof. Anda bahkan bisa melakukan eksperimen dengan duluan bertepuk tangan dan berdiri sesudah sebuah pertunjukkan yang bagus. Anda akan tercengang melihat bagaimana penonton yang lain juga ikut bertepuk tangan dan memberikan standing applause.

Lalu bagaimana mengaplikasikan hukum social proof ini dalam selling dan bisnis? Dan bagaimana melindungi diri kita dari efek tersebut? Akan saya bahas di artikel mendatang.

Salam Turbo…