Logo
Other Information Banner Header
Tiket Online

Manajement

DIVORCE versus DUE DILIGENCE by Freddy Pieloor

DIVORCE versus DUE DILIGENCE by Freddy Pieloor

by Freddy Pieloor
Bila Anda sering membaca tabloid dan atau menonton infotainment di berbagai stasiun televisi, pasti berita perceraian dari para selebriti terus menjadi siaran unggulan. Itu baru yang diberitakan oleh tabloid dan televisi, belum termasuk yang tidak diberitakan dan terjadi di berbagai kalangan dan pribadi. Namun sayang data statistik tentang hal ini tidak pernah ada yang menghitungnya, tidak juga Biro Pusat Statistik (BPS). Menurut pemikiran saya ada 3 hal dominan yang menyebabkan perceraian itu terjadi,
antara lain:
1. L-ove (Large)
2. M-oney (Medium)
3. S-ex (Small)
Untuk mencegah terjadinya "Divorce" akibat 3 hal dominan diatas sebenarnya dapat diminimalisir dengan cara "Due Diligence" atas 3 hal tersebut. Sebelum Anda melakukan "Persekutuan" dalam sebuah "Perikatan" yang bernama perkawinan, ibarat Anda ingin melakukan "Kongsi" usaha, maka Anda-pun sebaiknya melakukan "Due Diligence" untuk dapat meminimalisir kerugian Anda akibat ditipu oleh rekan bisnis Anda. Jangan sampai Anda menyesali semua keadaan yang telah terjadi dan terbentuk, saat Anda menemukan "kekurangan fatal" seperti itikad baik, perbedaan nilai dan pengelolaan keuangan yang berantakan dan membahayakan Anda. Anda tidak bisa mengulang waktu, pilihan hanya ada 2 yaitu: “Maju Terus Dengan Perbaikan bila Anda dan pasangan ingin merubah dan membangun keluarga menjadi lebih baik” atau "Kongsi" dibubarkan (divorce).
Coba Anda perhatikan hubungan yang terjadi di antara 2 anak manusia yang sedang kasmaran! Apa saja yang mereka pertimbangkan untuk menuju penikahan?. “Bagaimanakah ‘pilihan hati’ yang benar?, Bagaimana kita mengetahui cinta yang tumbuh adalah “true love”?.
Ketika seorang perempuan yang sedang serius menuju hubungan yang dewasa dan serius, hubungan yang menuju ke arah pernikahan dan dia sudah mulai mencari pasangan, kemudian ia menemukan seseorang yang membuatnya jatuh cinta, maka ia akan mencoba mengenal sang pujaan hati lebih jauh lagi. Pertemuan demi pertemuan yang terjalin akan semakin memberikan kepadanya informasi dan data yang akan menjadi pertimbangannya untuk melanjutkan atau tidak hubungan tersebut menuju hubungan yang maha penting yaitu sebuah institusi pernikahan. Jika pertemuan yang sebelumnya biasa dilakukan di luar rumah, maka berikutnya pertemuan mulai dilakukan di rumah sang perempuan. Karena rumah merupakan wilayah yang terhormat dan privat serta merepresentasikan sang pemiliknya maka seseorang dapat dinilai dari kedaan rumahnya. Rumah yang besar, garasi yang penuh deret mobil yang terparkir bisa memunculkan penilaian bagaimana keadaan ekonomi dan kelas sosial sang perempuan sebagai sang pemiliki rumah. Nah, setelah pertemuan tersebut, jika laki-laki sekarang telah bisa menilai siapa sang perempuan yang sedang ia dekati, maka sudah seharusnya sang perempuan pun memperoleh informasi dan data yang sama tentang keadaan rumah sebagai basic kehidupan sang laki-laki. Oleh karena itu sudah sewajarnya jika sang perempuan bermaksud juga mengetahui bagaimana dan di mana rumah pujaan hatinya itu. Sang Perempuan telah melakukan Check List yang pertama yaitu rumah dan keluarga sang laki-laki. Setelah Sang Perempuan mengetahui rumah kediaman kekasih hati, maka dia mulai yakin dengan kesungguhan Sang Laki-laki untuk melangkah ke tingkat berikutnya. Memang benar, bahwa bila Anda ingin menikah, Anda menikah dengan seseorang yang ada dihadapan Anda saat ini. Tetapi ingatlah bahwa orang yang ada dihadapan Anda saat ini, adalah "penjelmaan" atau "hasil penciptaan" diri dan keluarganya di masa lalu. Bahwa dia bisa berubah menjadi "yang lebih baik", tidak dapat menghapuskan "rekam jejak " dan "karakter dasar" diri yang telah melekat dan terpatri sangat dalam di dasar perasaan dan pikiran seseorang. Jadi niat Sang Perempuan untuk memahami Sang Laki-laki melalui ayah, ibu dan saudara-saudaranya, dapat saya pahami. Sang Perempuan ingin membangun sebuah "bangunan rumah tangga" yang "berpondasi" dalam dan kokoh. Bagaimana dengan Anda?. Saat diminta demikian, terlihat wajah Sang Laki-laki berubah dari ceria menjadi suram, rasa kesal serta tidak senang terpancar dari sinar matanya. Walau Sang Laki-laki berusaha menutupi kekalutan hatinya, Sang Perempuan sempat membaca gelagat kekasih hatinya. Bagaimana pencarian data dan informasi oleh Sang Perempuan, tentang "jati diri" Sang Laki-laki sesungguhnya?. Berapa lama waktu yang diperlukan oleh Sang Perempuan melakukan itu semua?, Apa target Sang Laki-laki dan apa pula syarat Sang Perempuan bagi dirinya, sebelum melangkah ke jenjang perkawinan?, Apakah perkawinan cukup bermodalkan rasa suka dan cinta saja? Atau perkawinan yang langgeng memerlukan hal lainnya, seperti pemahaman dan penerimaan satu sama lain tentang latar belakang masing-masing; penyampaian dan penerimaan tentang nilai-nilai keluarga, hidup dan cita-cita masa depan; komitmen-komitmen tentang menjalani hidup, pengaturan & transparansi keuangan; dan komitmen saling setara dan sejajar. Tidak ada yang lebih tinggi atau hebat, melainkan saling dukung dan seimbang. Sang Perempuan ingin mengetahui "jati diri" sang kekasih hatinya, dia pun mengatur beberapa rencana dan "check list" yang harus dipenuhi dalam penyelidikannya. Ia meminta bantuan seorang detektif swasta yang ternama untuk melakukan ini. Beberapa informasi yang penting untuk dicari tahu, adalah:
1. Dimana Sang Laki-laki bisnis/bekerja?
2. Tempat-tempat yang sering dikunjungi Sang Laki-laki?
3. Siapa saja teman-teman Laki-laki di pekerjaan dan di pergaulan sosial?
4. Dimana keluarganya tinggal, siapa saja sanak saudaranya?
5. Apakah rumah yang mewah tersebut milik Sang Laki-laki?
6. Apakah Sang laki-laki masih single atau sudah pernah berkeluarga?
Setelah bekerja kurang lebih 3 bulan penuh, segala hasil penyelidikannya dapat diketahui.
Semua informasi yang diterima dari sang detektif, membuat Sang Perempuan menjadi terperanjat dan sedih sekali. Ia berubah menjadi uring-uringan dan rasa suka serta cinta pada Sang Laki-laki pun menurun "kadarnya". Sang perempuan bukanlah anak gadis usia 20 an yang masih mentah dan bodoh, dia masih dapat mengendalikan perasaan cinta, dan lebih mengedepankan akal sehat serta "analisa masa depan". Dia tidak mau melangkah dan kemudian terperosok ke dalam jurang penderitaan membuat dia lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan apapun. Check list telah dibuat oleh Sang Perempuan dan dia-pun menunda melangkah ke jenjang berikutnya, sambil mencari tahu kebenaran kata-kata Sang Laki-laki dan informasi yang diterima. Berdasarkan data yang ia peroleh. Sang Perempuan menetapkan “5C double” sebelum mengambil sebuah keputusan penting sebagai berikut:
1. Cinta & Commitment (menyangkut feeling)
2. Character & Conduct (attitude, self-awareness, spirit, motivation)
3. Competency & Capacity (IQ Skill)
4. Capability & Consistency (EQ)
5.Capital & Cash Flow (Money: independency, Asset/Liability & net worth)
Jadi menurut Sang Perempuan, perkawinan bukan sekadar mengucap janji singkat lalu selesai. Dia masih menetapkan syarat "pengucuran kredit" Cinta dan kasih sayang dari dirinya. Bukan hanya Bank saja yang bisa melakukan penelitian dan memiliki dasar 5 C sebelum memberikan kredit kepada debiturnya. Kehidupan dan kelanggengan sebuah perkawinan memiliki kualitas melebihi dan berada diatas "kontrak kredit" perbankan. Kehidupan perkawinan, 1 untuk selamanya dan tidak memiliki niat untuk bercerai atau mengakhiri kontrak seperti kontrak rumah atau kontrak kredit. Sang Perempuan tidak ingin asal menikah dengan sembarang orang yang tidak memiliki kualitas dan tidak diketahui asal usulnya. Sang Perempuan berpikir dan meyakini bahwa “Cinta sangat tidak cukup sebagai dasar sebuah perkawinan, karena cinta akan sangat mudah menguap, berkurang dan menurun kadarnya bila “C” yang lain tidak selaras dan mendukung”. Segera lakukan pemeriksaan atas Check list bagi diri Anda sendiri dan pasangan, sebelum Anda terlambat dan terjerembab dalam sebuah perjalanan perkawinan yang tidak Anda inginkan yang ternyata jauh dari angan dan impian Anda.
Lebih baik Anda memutuskan hubungan sekarang, daripada nanti! Lakukan seperti yang dilakukan Sang Perempuan.**