Logo
Other Information Banner Header
Tiket Online

Komunikasi

Pembicaraan yang Bermakna

Pembicaraan yang Bermakna

by
“Saat berbicara, kita hanya mengulang-ulang apa yang sudah kita ketahui. Namun, saat mendengar, banyak hal baru yang bisa kita pelajari.” (YM. Dalai Lama)
 

Kalau Tuhan ingin kita banyak bicara, tentu IA akan memberikan kita satu telinga dan dua mulut. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Tuhan menganugerahkan kita satu mulut dan dua telinga tentu dengan sebuah maksud, mendengar harus dua kali lebih banyak dibanding berbicara. Sebelum berbicara sebaiknya kita menjadi pendengar yang baik. Se-simple itu.

Namun kondisi yang kita alami sekarang sepertinya sungguh jauh berbeda dengan apa yang diharapkan, dimana makin banyak orang yang hanya ingin memuaskan hasratnya tampil dan berbicara di hadapan publik tanpa mempedulikan apa yang disampaikan serta bagaimana dampaknya bagi mereka yang mendengar pembicaraan itu. Lewat media televisi, radio, online dan media cetak kerap kita temui komentar atau pendapat yang disampaikan oleh orang-orang yang mengaku sebagai pakar atau ahli, menyampaikan analisanya secara gamblang dan memikat. Selama apa yang disampaikan lewat ranah publik itu memiliki nilai positif dan memberikan pengetahuan bagi publik, tentu akan banyak manfaatnya. Namun tidak sedikit pula kita saksikan melalui media yang sama, banyak yang berbicara mengatasnamakan kelompok atau kepentingan namun apa yang disampaikannya tidak punya arti apa-apa, malah sebagian terlihat menghujat dan berkata-kata yang kasar tidak pada tempatnya. Inilah yang seharusnya tidak kita konsumsi. Karena siapapun Anda, bila harus tampil di hadapan publik secara langsung atau melalui media, sebaiknya perhatikan hal-hal sebagai berikut.

1.      Tidak Memberi Keuntungan Audiens

Berbicaralah pada saat Anda harus berbicara, bukan saat Anda ingin berbicara. Kerap saya temui seseorang tampil di podium lalu menyampaikan seperti ini, “Sebenarnya saya tidak tahu mau ngomong apa…” sebagai basa-basi pembukaan sebuah pidato. Namun ia terus saja berbicara di depan publik padahal baru saja ia katakan tidak tahu ingin mengatakan apa. Kalau Anda tidak tahu apa yang ingin disampaikan, sebaiknya diam atau tidak usah tampil berbicara. Karena apabila sebuah pembicaraan dipaksakan maka tidak akan memberi manfaat apa-apa bagi audiens.   

2.      Tujuan Tidak Jelas

Sudah lama durasi yang Anda pakai untuk berbicara namun audiens belum paham dan menangkap apa maksud dari pembicaraan Anda. Jangan buang waktu Anda dan audiens untuk mendengarkan sesuatu yang tidak jelas arah tujuannya. Setiap pembicaraan harus punya maksud. Sekecil atau sesederhana apapun, namun tetap memiliki maksud dan tujuan. Apakah ingin menyampaikan ide, konsep atau pemikiran, atau ingin mengajak audiens untuk mengikuti apa yang disampaikan pembicara, semua tergantung tujuan Anda berbicara.

3.      Alur Pembicaraan Tidak Jelas

Sering saya mendengar pejabat atau tokoh berpidato panjang dan lebar sehingga membuat yang mendengarnya mengantuk. Pembicaraan yang melebar kemana-mana menunjukkan si pembicara tidak menguasai cara berbicara dengan baik. Setiap pidato atau presentasi tentu mengandung unsur Pembukaan (Opening/Introduction), Isi (Body) dan Penutup (Closing). Sehingga alur pembicaraan menjadi jelas dan terstruktur. Alur bicara yang jelas membuat Anda mampu berbicara dengan efektif dan efisien.

(Donny de Keizer)